Selasa, 29 Januari 2013

Membuang Kata


25 Januari 2013, pada pagi itu kami mahasiswa D4 Batch 7 dijadwalkan untuk mempelajari matakuliah Tiga Jenjang Berlatih Menulis. Pada pagi itu kuliah dimulai pada pukul 08.00 WIB, yangmana matakuliah disampaikan oleh 3 orang dosen yaituBapak Bagiono, Hernowo, dan Karyana. Pertama kuliah dibuka oleh Bapak Bagiono yang memperkenalkan 2 orang rekannya. Kemudian beliau bercerita tentang latar belakang pendidikan dan berinteraksi dengan kami dengan bertanya balik tentang pengalaman serta kegemaran kami dlam menulis dan membaca. Selanjutnya, beliau menanyakan tentang "berapa banyak anda membaca buku dalam setahun terakhir ini?". Dan hanya sua orang dari kami yang pernah, selebihnya ada yang 8, 6, dan 5 buku. Dari pertanyaan tersebut saya sangatlah sadar bahwa betapa meruginya saya dalam ilmu pengetahuan, karena saya hanya membaca 3 buah buku dalam setahun terakhir ini. Dan itu berarti hari-hari saya selama ini belum termanfaatkan dengan baik untuk ilmu pengetahuan.
Pada sesi selanjutnya perkuliahan diambil ali oleh Bapak Hernowo yaitu seorang yang berlatar belakang dari Teknik Industri ITB, namun beliau mampu menerbitkan 25 buku dalam 4 tahun terakhir ini. Merupakan hal yang luar biasa menurut saya, karena jangan kan menulis 5 buku saja tidak terbaca oleh saya dalam setahun. Kemudian beliau masuk pada topik pembahasan kita pada hari itu, yaitu Tiga Jenjang Berlatih Menulis, awalnya perkuliahan berjalan biasa karena hanya menampilkan slide-slide dari powerpoint. Lama-kelamaan suasana beranjak naik menjadi seru denga pini dan presentasi-presentasi yang disampaikan oleh Bapak Hernowo.
Poin pertama dari topik yang dibahas adalah "Membuang kata". Awalnya saya heran mengapa poin pertama dalam berlatih menulis itu adalah membuang kata. Namun setelah saya mencoba dan diiringin dengan praktek, yaitu kita diberi waktu untuk menulis dalam waktu 5 menit dengan tema dan tulisan apapun. Pokonya bebasa deh… Dan ternyata memang tidak mudah, walaupun bebas kita yang jarang menulis ini sangatlah salit untuk memulai hal yang akan ditulis. Dan setelah dapat hal yang harus ditulispun kita masih mengalami kesulitan dalam merangkai kata serta diiringi pikiran mengkoreksi tulisan yang sudah dibuat. Kemudian dari hal tersebut dapat diketahui bahwa membuang kata tersebut adalah menuliskan apapun hal yang terlintas di pikiran kita, baik itu tentang tempat, kesukaan, sedang marah, kesal dan sebagainya. Jadi intinya tuliskan apa saja yang ingin ditulis walaupun hal yang ditulis tidak berkaitan dan kacau. Dan satu hal yang saya pelajari yaitu, dalam hal membuang kata ini jangan ada perasaan untuk mengkoreksi tulisan yang dibuat karena itu akan mengganggu dalam kelancaran penulisan.


Dan jenjang yang kedua adalah mengolah pikiran. Untuk jenjang kedua ini, kami diberikan sebuah teks untuk dibaca beberapa menit, kemudian tulis hal yang akan ditulis dari teks yang dibaca tadi. Dalam hal ini menurut saya agak lebih mudah dari latihan yang sebelumnya, karena pada praktek ini saya sudah mendapatkan topik dari tulisan yang akan dibuat yaitu tentang bacaan tadi yang say abaca. Sehingga yang saya tulis adalah argument-argument dan kesimpulan dari teks yang say abaca. Dan dalam hal penulisan saya pun sudah lumayan lancer, karena saya sudah tidak ragu lagi dalam menuli. Saya terus saja menulis hal yang ingin saya tulis tampa membaca kembali dan mengkoreksi tulisan yang saya buat.
Jenjang ketiga dalam berlatih menulis adalah menemukan gagsan. Ini adalah hal yang membuat seorang penulis mencadi kecanduan dalam menulis, begitulah ulasan dari Pak Hernowo. Satu hal lagi, saya sangat kagum dengan hal yang dipraktekkan oleh Bapak Karyana yaitu menulis dari belakang ke depan. Menurut saya itu membutuhkan latihan dan bebiasaan yang baik, dan ketikan saya dan teman-teman terkesima mengenai hal itu. Pak Karyana sambil tersenyum mengatakan “ Itupun saya hapalkan..”. begitulah pengalaman saya dalam materi Tiga Jenjang Berlatih Menulis, merupakan pengalaman yang luar biasa dan memotivasi saya.

Pertanyaan saya dalam hal ini:
1.      Bagaimana langkah yang baik dalam menentukan topik tulisan yang akan dibuat?
2.      Menurut bapak apakah semua orang dapat menulis?
3.      Apakah seorang penulis itu dapat dikatakan orang yang pintar?

Sekian,
Terima kasih,

Senin, 21 Januari 2013

Rupiah Pertama



                                                       Rupiah Pertama


ITB merupakan perguruan tinggi yang sangat luar biasa, dimana saya yang merupakan mahasiswa D4 dari fakultas STIE ITB yaitu jurusan Teknik Komputer Jaringan dan Media Digital. Tepatnya pada Rabu 16 Januari 2013 yang bertepat dengan hari pertama saya melakukan kegiatan outboand yang merupakan acara pembukaan dari program matrikulasi bagi mahasiswa baru D4 ITB Seamolec, yang dilaksanakan kantor Seamolec Tangerang Selatan.
Pagi harinya Rabu pukul 6.45 WIB, saya berangkat dari tempat kos untuk mengikuti kegiatan outboand. Dengan mengenakan celana trening dan baju olahraga, saya bergegas melangkahkan kaki menuju kantor Seamolec yang kira-kira 1 km dari tempat tinggal saya. akhirnya pada pukul 7.10 WIB saya sampai di ruangan, dan pengisi acara dan teman-teman baru telah memenuhi  ruangan tersebut.
Acara outboand akan diisi dengan materi-materi motivasi dan game yang bertujuan untuk menjali sikap kerjasama antara masing-masing mahasiswa baru. Dimana pematerinya diisi oleh Bapak Stanley yang merupakan motivator internasional. Pukul 7.45 WIB acara sudah mulai berjalan, pembukaan dengan saling memperkenalkan diri, mendengarkan motivasi, serta bernyanyi bersama. sampailah pada siang harinya, setelah makan siang kami diberikan sebuah pulpen baru. Dimana saya dan teman-teman disuruh menjual pulpen tersebut dengan harga yang tidak normal, yaitu melebihi dari harga beli standarnya yang kira-kira cuma Rp 1.500. tetapi kami harus menjual dengan harga berkali-kali lipat dari harga tersebut.
Setelah itu, tibalah saatnya saya dan teman-teman untuk menjalankan perintah tersebut. tampa bermodalkan pengalaman marketing dan sebagainya mengenai dunia perdagangan. Kemudian dengan berjalan secara perlahan dan dengan langkah yang kurang optimis, sampailah dengan penawarqan pertama yang saya lakukan. Seorang Bapak-bapak yang sedang duduk santai di sebuah kantor, dengan perasaan ragu saya mulai mendekat dan menyapa Bapak tersebut. saya berkata dengan ramah " Permisi bapak, maaf mengganggu. Saya mahasiswa D4 ITB Seamolec sedang malekukan kegiatan outboand dan disuruh oleh pemateri yaitu Bapak Stanley untuk menjual pulpen ini. Dimana tujuan saya menjual pulpen adalah untuk menghilangka rasa malu dalam diri saya dan melatih jiwa marketing, selain itu juga bertujuan untuk membantu teman-teman kami yang kurang mampu secara materi dalam perkuliahan. Jadi berkenankah Bapak membeli pulpen ini.????" dan Bapak itu berkata"Maaf saya sedang sibuk". mendengar hal tersebut, rasa pesimis dalam diri saya menjadi bertambah.Namun dengan berusa terus-menerus dengan menawarkan serta dibarengi dengan berbagai penolakan dengan berbagai alasan, seperti ada yang lansung menolak, ada yang berbasa-basi memberi semangat tapi ujung-ujungnya juga tidak membeli, ada yang memberi saran yang terbaik seolah dia adalah pakarnya.
Dan sampailah pada orang selanjutnya, dengan rasa keyakinan tinggal 5% saya perlahan menawarkan pulpen kepada seorang Bapak-bapak yang lumayan muda tentunya tak lupa senyum salam dan sapa saya. Setelah selesai menawarkan bapak tersebut menjawab “kalau begitu saya beli pulpen ini Rp 10.000 gimana???”. Dengan bergegas saya lansung menganggukan kepala dan setuju. Tak lupa terima kasih yang besar buat bapak tersebut karena sudah mau menyumbangkan uangnya dengan membeli sebuah pulpen dengan harga tersebut. Selanjutnya dengan rasa gembira saya bergabung dengan teman-teman yang lainnya. Dan setelah durasi untuk menjual pulpen habis, kami bergegas menuju ruangan kembali. Setelah diruangan, dengan rasa heran dan cengang sekali ternyata teman-teman yang lain ada yang bisa menjual pulpenya dengan harga ratusan ribu. “Subhanaulah” dalam hati saya berkata. Tadinya bahwa Rp 10.000 adalah harga lumayan tinggi, tapi setelah melihat hasil dari teman-teman yang lain tidak seberapa.
Namun dibalik semuaaa ini, banyak sekali pelajaran yang dapat saya petik dari hal itu, yaitu dalam mencapai suatu tujan harus dengan kerja keras, pantang menyerah, masalah bukan menjadi halangan, menghadapi berbagai penolakan bukan berarti menjadikan diri kita lemah, dan kita dapat mengetahui berbagai macam sifat-sifat manusia di bumi ini. Ada yang acuh dan cuek, tidak peduli dengan yang lain, hanya mau bersimpati, berlagak sok tau dan hebat, dan tentunya dibalik itu semua masih ada orang yang peduli dengan sesama dan suka memberikan pertolongan.


Terima kasih,

Nikal R